home

Mendengar kata “JEPARA” yang terlintas di benak kita adalah Kerajinan Seni Ukirnya yang telah termasyur hingga penjuru dunia baik Asia, Eropa dan Amerika merupakan daerah tujuan ekspornya.
Tahukah anda bahwa seni ukir jepara telah ada sejak jaman pemerintahan Ratu Kalinyamat. Pada masa itu ada seorang patih yang bernama Patih Bandarduwung yang sangat ahli dalam seni pahat. Sisa-sisa peninggalannya masih dapat kita jumpai di komplek masjid dan makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat, Mantingan, Jepara
Adapula kisah yang menceritakan asal muasal seni ukir di Jepara.
Pada masa Raja Brawijaya, hiduplah seorang ahli seni pahat bernama Resi Prabangkara pada suatu ketika, sang permaisuri memohon kepada raja untuk membuatkan sebuah patung dirinya. Maka sebagai ungkapan cintanya kepada permaisuri permohonannyapun akhirnya dikabulkan.
Kemudian raja memerintahkan Resi Prabangkara untuk membuatkan patung permaisuri sesuai apa yang dikehendaki.
Singkat cerita patungpun jadi,
fantastis……. Patung itu benar-benar mirip sang permaisuri, sampai-sampai rajapun dibuat kagum karenanya. Kemudian raja menyuruh permaisuri untuk memeriksannya, apa memang patung tersebut sudah sesuai dengan aps yang diinginkannya. Betapa terkejutnya permaisuri melihat ada sebuah tanda alami dipatung tersebut yang sama persis bentuk dan posisinya dengan yang dipunyai olehnya. Padahal posisi tanda tersebut tidak pernah diceritakan kepada Resi Prabangkara sebelumnya. Melihat itu sang raja marah dan mengusir Resi Prabangkara dari wilayahnya dan membuag palu dan tatahnya (martil dan pahat) disebuah tempat, yang konon di suatu desa dengan nama
Belakang Gunung di dekat kota jepara.
Akhirnya sekarang ini didesa tersebut banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas. Apakah memang seperti itu kejadiannya? Ternyata tidak ada data sejarah pendukungnya.
Seni ukir jepara beserta mebelnya pernah merasakan jaman keemasan. Pada pertengaham Tahun 1997, dikala banyak sektor mengalami krisis moneter (Krismon) Jepara justru meningkatkan produksi, karena kebanjiran order mebel. Tapi jaman keemasan itu telah berlalu, meubel jepara sudah mulai sepi order, banyak gudang produksi yang tutup, ada yang alih fungsi, ada yang disewakan bahkan ada yang dijual. Tulisan For Rent, For Sale banyak menggantung didepan gudang-gudang bekas mebel tersebut.
Walaupun begitu Jepara sampai sekarang masih mengandalkan sektor ukir kayu ini sebagai salah satu komoditas unggulan yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian dan mampu menjanjikan lapangan kerja


Seni Ukir & Pahat Hampir semua bagian dari Sopo, Solu (Perahu Kayu), dll dimana melekat seni ukir dan seni pahat Batak. Ukiran dan pahatan dengan menggunakan tiga warna yakni hitam, merah dan putih menambah keunikan dari seni ukir dan seni pahat Batak.
Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung (kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain.
Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (Neolitik), yakni sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenekmoyang bangsa Indonesia telahmembuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat atau bahan lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan Pada zaman yang lebih dikenal sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM. Bahan untuk membuat ukiran telah mengalami perkembangan yanitu menggunakan bahan perunggu, emas, perak dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya adalah menggunakan teknologi cor. Motif-motif yang di gunakanpada masa zaman perunggu adalah motif meander, tumpal, pilin berganda, topeng, serta binatang maupun manusia. Motif meander ditemukan pada nekara perunggu dari Gunung merapi dekat Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyung perunggu dari kerinci Sumatera Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara (moko dari Alor, NTT. Motif pilin berganda ditemukan pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana perunggu darikerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari Sumba. Nusa Tenggara, dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya. Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi kekuatan magis yang dapat menangkis kejahatan. Motif binatang dan manusia ditemukan pada nekara dari Sangean.
Setelah agama Hindu, Budha, Islam masuk ke Indonesia, seni ukir mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam bentuk desain produksi, dan motif. Ukiran banyak ditemukan pada badan-badancandi dan prasasti-prasasti yang di buat orang pada masa itu untuk memperingati para raja-raja. Bentuk ukiran juga ditemukan pada senjata-senjata, seperti keris dan tombak, batu nisan, masjid, keraton, alat-alat musik, termasuk gamelan dan wayang. Motif ukiran, selain menggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi tentang kisah para dewa, mitos kepahlawanan, dll. Bukti-bukti sejarah peninggalan ukiran pada periode tersebut dapat dilihat pada relief candi Penataran di Blitar, candi Prambanan dan Mendut di Jawa Tengah.
Saat sekarang ukir kayu dan logam mengalami perkembangan pesat. Dan fungsinyapun sudah bergeser dari hal-hal yang berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat penghias saja.pada ukiran kayu meliputi motif Pejajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara, Madura, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif yang berasal dari luarJawa. Motif-motif
Berbagai makanan tampak sangat indah bila dapat dikreasikan menjadi berbagai bentuk, seperti misalnya menjadi bentuk bendera dari berbagai negara. Mau liat bagaimana berbagai bendera dari negara-negara didunia dibuat dari kreasi makanan ?



Seorang seniman pengukir kulit telur,Franc Grom mampu mengukir 2.500 – 3.500 lubang dalam setiap telurnya.Karya yang luar biasa ini desainnya terinspirasi dari corak tradisional Slovenia.Berikut adalah contoh hasil karyanya.

. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan Pada zaman yang lebih dikenal sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM. Bahan untuk membuat ukiran telah mengalami perkembangan yanitu menggunakan bahan perunggu, emas, perak dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya adalah menggunakan teknologi cor. Motif-motif yang di gunakanpada masa zaman perunggu adalah motif meander, tumpal, pilin berganda, topeng, serta binatang maupun manusia. Motif meander ditemukan pada nekara perunggu dari Gunung merapi dekat Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyung perunggu dari kerinci Sumatera Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara (moko dari Alor, NTT. Motif pilin berganda ditemukan pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana perunggu darikerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari Sumba. Nusa Tenggara, dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya. Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi kekuatan magis yang dapat menangkis kejahatan.